Senin, 29 April 2013

teman terkasih

Teman Terkasih…

TEMAN,
SAAT PERTAMA AKU MENGENALMU,
KAMU ADALAH SEPERTI YANG SUDAH-SUDAH,
DAN KAMU TETAP AKU ANGGAP TEMAN.
TEMAN,
SAAT KITA SALING BICARA,
BANYAK CERITA YANG SERING KITA DENDANGKAN,
DAN KAMU TETAP AKU ANGGAP TEMAN.
TEMAN,
SAAT KAMU MENANGIS DI SINI,
BANYAK RASA DAN EMPATIKU TERTUMPAH UNTUKMU,
DAN KAMU TETAP AKU ANGGAP TEMAN.
TEMAN,
SAAT KEKASIHMU ACUHKAN KAMU
DADAKU TERASA SESAK DAN INGIN MELEDAK,
DAN KAMU TETAP AKU ANGGAP TEMAN.
TEMAN,
SAAT KAU TERSENYUM
MELIARKAN KELUCUANMU DAN KOBARKAN KEBAHAGIAAN,
DAN KAMU TETAP AKU ANGGAP TEMAN.
TEMAN,
KINI SAAT KAU KEMBALI, JUSTRU AKU INGIN PERGI
PERGI TANPA HARUS MENINGGALKAN KAMU, TEMANKU.
KEMBALILAH TEMAN,
MAKA AKU AKAN SEGERA PERGI, PERGI SEJAUH JARAK PANDANGMU
DAN
TERNYATA, AKU MENCINTAI KAMU, TEMANKU….

refisi sejarah intelektual


KONSEP PEMIKIRAN G.W.F HEGEL
Nama lengkap Hegel adalah George Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. Di masa kecilnya, ia sering membaca literatur, surat kabar,esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca  mungkin disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya.
Hegel memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap para penulis dari berbagai kalangan, termasuk para pengagumnya seperti F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx. Hegel dapat dikatakan sebagai orang yang pertama kalimemperkenalkan gagasan mengenai sejarah dalam filsafat, dan hal yang konkret penting adalah untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain (others) dalam proses pencapaian kesadaran diri (dialektika).
Secara filosofis, Hegel memberi sumbangsih besar. Ia telah memperkaya suatu dimensi filsafat baru bagi usaha-usaha pengembangan ilmu filsafat, yakni tentang sejarahnya. Hingga kini ide tentang filsafat sejarah semua filsuf belakangan boleh dikatakan berkiblat kepadanya. Buku yang paling membuatnya dikenal adalah buku pertamanya, yakni The Phenomenology of Spirit. Buku itu berisi tentang perjalanan panjang yang membawa kita dari konsepsi yang paling dasar hingga yang paling rumit mengenai ketidaksadaran manusia. Tujuan buku ini adalah untuk mencapai kebenaran absolut. Lebih dari itu, perhatian buku Hegel itu adalah mengenai hakikat ruh atau geist. Dan barangkali inilah yang dimaksudkan sebagai kebenaran absolut itu.
Hingga kini minat mengkaji pemikiran brilian Hegel belum redup, malah mungkin semakin menjadi-jadi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemikir kritis yang lahir terinspirasi dari pemikirannya. Karl Marx misalnya, di kala dia menulis Das Kapital, kalangan para pemikir Jerman dengan seenaknya memperlakukan Hegel seperti anjing mati. Seketika itu Karl Marx mengaku menjadi murid setia pemikir agung itu.
Tidak hanya itu, pikiran Hegel seolah membius dan menghipnotis siapapun. Karya yang paling digemari dan menimbulkan diskusi yang sangat menarik adalahPhenomenology of Mind. Alexander Kojeve membahasnya dalam bukunyaIntroduction a la Lecture de Hegel.
Lalu soal filsafat sejarah. Topik ini tidak kalah menarik dibanding karya Hegel yang lainnya. Karya ini dianggap sebagai jantung dan pusat filsafat Hegel. Buku ini merupakan karya yang sangat berpengaruh selama bertahun-tahun. Lebih dari itu, seluruh filsafat Hegel dipahami secara historis.
Dewasa ini perhatian terhadap filsafat sejarah semakin meningkat, tentu saja dalam arti luas. Toynbee, Ibnu Kaldun, Rostow dan pemikir sejarah lainnya memberikan kesaksian atas semakin luasnya perhatian ini yang tampak di mana-mana. Lebih dari itu semua, visi misi filsafat Hegel memang berbeda dibanding dengan karya pemikir lainnya, apalagi banyak orang terpesona karena cara berfilsafat Hegel
Yang membedakan filsafat Hegel filsuf-filsuf lain bukanlah pertama-tama apa yang dipikirkan, melainkan caranya. Bagi Hegel mengetahui adalah proses di mana objek yang diketahui dan subjek yang mengetahui saling mengembangkan, sehingga tidak pernah sama atau selesai. Pengetahuan saya hari ini difalsifikasikan oleh pengetahuan besok, dan pengetahuan besok mengubah apa yang diketahui karena ditangkap dengan lebih tepat. Dalam proses itu saya sendiri senantiasa menjadi orang baru, karena dengan perubahan pengertian, kedudukan dan tanggung jawab saya pun berubah.
Pengetahuan adalah sebuah ongoing process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang : tahap yang sudah tercapai “disangkal” atau “dinegasi” oleh tahap baru. Bukan dalam arti tahap lama itu tak berlaku lagi, tetapi tahap lama itu dalam cahaya pengetahuan kemudian, kelihatan terbatas. Jadi tahap lama itu tidak benarkarena terbatas, dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Tetapi yang benar dalam penyangkalan tetap dipertahankan. Itulah inti dialektika Hegel yang merupakan wujud pengetahuan manusia.
Hegel melukiskan perjalanan dari pengetahuan sederhana dan langsung ke “pengetahuan absolut” dalam bukunya Phenomenology of mind. Pengetahuan absolut adalah titik akhir perjalanan filsafat melalui segala fenomen pengalaman dan kesadaran yang menawarkan diri. Si filsuf telah menjelajahi seluruh realitas. Apa pun : unsur-unsur di dunia, sejarah, penghayatan diri sendiri, pikiran manusia, seni, agama, filsafat, pada akhir perjalanan itu dapat ditempatkan dalam keterkaitannya. Semuanya berada di mana dia harus berada. Sang filsuf sendiri menemukan diri dalam seluruh realitas. Pengetahuan absolut berarti bahwa tidak ada lagi yang asing bagiku. Di mana pun, aku berada pada diriku sendiri karena aku memahaminya. Aku menyatu dengan seluruh realitas. Maka pengetahuan itu disebut absolut : tak ada segi dari pengetahuan itu yang tidak berlaku atau masih dapat diatasi.
Apa yang dalam pengetahuan absolut menjadi kesadaran filsuf merupakan gerak objektif dalam realitas. Dengan kata lain, Hegel memahami sejarah sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Roh semesta berada di belakang sejarah, ia mendapat objektifitas di dalamnya. Hegel bicara tentang Roh Objektif : roh sebagaimana yang ia mengungkapkan diri dalam kebudayaan-kebudayaan, dalam moralitas-moralitas bangsa-bangsa, dalam institusi-institusi.
Menurut Hegel roh objektif mendapat ungkapan paling kuat dalam negara. Karena negara mempunyai kehendak, ia dapat bertindak. Dengan demikian negara mengungkapkan Roh semesta ; ia merupakan “perjalanan Allah dalam dunia” (Hegel 1978, 258). Dalam filsafat sejarah, Hegel menunjukan bagaimana manusia semakin menyadari kebebasannya dan semakin mengorganisasikan diri dengan menjunjung tinggi kebebasannya. Kebebasan prinsiipil manusia menurut Hegel berkembang menjadi nyata dalam dialektika tiga langkah : dalam gereja Katholik kebebasan itu baru dalam pewartaan, sedangkan dalam kenyataan yang bebas hanyalah klerus (para hierarki), yang kemudian “disangkal” oleh Protestantisme terbatas pada hak pembacaan Kitab Suci, kemudian oleh Aufklarung diakui sebagai kebebasan untuk menganut agama yang diyakininya, dan akhirnya oleh Kant dijadikan prinsip universal hak dan kewajiban setiap orang untuk mengikuti suara hati. Akhirnya dalam revolusi Prancis sebagai langkah dialektis baru, kebebasan tercetus dari batin orang (terbatas pada hak untuk, secara pribadi, mengikuti suara hati) menjadi struktur hukum dan negara dengan memproklamasikan republik dan mengakui hak-hak asasi manusia.
Yang khas bagi filsafat Hegel adalah ciri proses. Tak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang pengetahuan yang terisolasi. Semuanya saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Itulah dialektika Hegel.
Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dan hubungan ini berupa negasi. Hanya melalui negasi kita bisa maju, kita bisa mencapai keutuhan, kita dapat menemukan diri sendiri. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Secara ringkas, dialektika memandang apa pun yang ada sebagai “kesatuan dari apa yang berlawanan”, sebagai “perkembangan melalui langkah-langkah yang saling berlawanan”, sebagai hasil dari, dan unsur dalam, sebuah proses yang maju lewat negasi atau penyangkalan”. Kekhasan negasi itu adalah bahwa apa yang dinegasi tidak dihancurkan atau ditiadakan, melainkan yang disangkal hanyalah segi yang salah (yang memang membuat seluruh pernyataan itu salah), tetapi kebenarannya tetap diangkat dan dipertahankan.

Pemikiran Hegel Tentang Negara
            Negara dalam pemikiran Hegel merupakan penjelmaan “Roh Absolut” (Great Spirit atau Absolute Idea) . karena itu negara bersifat absolutyang dimensi kekuasannya melampaui hak-hak transendental individu. Mengikuti logika dialektika Hegel, Negara merupakan suatu tahap perkembangan ide mutlak. Perkembangan ini ditandai oleh proses gerak dialektis yang terjadi antara tesis-antitesis yang kemudian melahirkan sinesis. Dari sintesis ini kemudian muncul lagi tesis dan anti tesis  dan seterusnya. Proses dialektik ini baru berakhir setelah tercapainya ide mutlak itu.
            Gagasan Hegel tentang “Roh Absolut” nampaknya merupakan produk pengaruh pemikiran kristiani yaitu tentang oknum roh kudus dalam doktrin trinitas. Sama seperti perspektif kristiani yang menganggap roh atau spirit sebagai sesuatu yang suci (sakral), Hegel pun melihat negara karena ia perwujudan roh sebagai roh sebagai organ politik yang suci pula. Hegel mensakralisasi negara. Dia melihat sepak terjang negara di dunia ini sebagai ‘derap langkah Tuhan’ di bumi. Berbeda dengan J.J Rousseau dan John Locke maupun kalangan Marxis yang melihat negara sebagai alat kekuasaan, Hegel justru berpendapat bahwa negara itu bukan alat melainkan rujuan itu sendiri. Karena itu dalam logika Hegel, bukan negara yang harus mengabdi kepada rakyat atau individu maupun golongan masyarakat melainkan sebaliknya, mereka harus menjadi abdi negara. Tetapi hal itu dilakukan, Hegel berdalih, adalah justru untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
            Lebih lanjut Hegel berpendapat bahwa negara bersifat unik karena ia memiliki logika, nalar sistem berpikir dan perilaku tersendiri yang berbeda dengan yang dimiliki organ politik apa pun. Karena itu bisa saja misalnya, negara menegasi kebebasan atau kemerdekaan individu dengan asumsi bahwa individu tidak memiliki makna dalam totalitas negara. Ia harus lebur dalam kesatuan negara. Hegel mempunyai interpretasi sendiri tentang kebebasan, konsep paling sentral dalam diskursus demokrasi itu. Ia berargumentasi bahwa karena manusia itu makhluk rasional dan memiliki kesadaran diri, maka ia akan sangat mengkultuskan kebebasan, tetapi di sisi lain, nampaknya Hegel menyangsikan kemampuan manusia untuk mengekang dan menguasai hawa nafsunya apabila kebebasan sejati diberikan sepenuhnya kepada manusia.
            Hegel juga menganut prinsip keharmonisan sosial atau meminjam konsep Parsonians, social equilibrium (keseimbangan sosial). Dalam rangka berpikir itu, Hegel menilai bahwa manusia akan meraih kebebasannya man kala apa yang di inginkan dan tuntutan manusia-manusia lainnya. Ada keselarasan aspirasi individual dengan aspirasi sosial . tidak boleh ada kontradiksi antara kepentingan individ dengan etika dan tatanan ke sosialan. Kata Hegel “ kemerdekaan bukanlah apa-apa melainkan pengakuan dan pengapdosian objek substantif semesta seperti Hak dan Hukum, dan produksi kenyataan yang sesuai dengannya yaitu negara”
Referensi :
http//deddysumardi.wordpress.com/2011/01/13/memahami-pemikiran-hegel/
Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum


Kamis, 25 April 2013

tugas sejarah intelektual


KONSEP PEMIKIRAN G.W.F HEGEL
Nama lengkap Hegel adalah George Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. Di masa kecilnya, ia sering membaca literatur, surat kabar,esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca  mungkin disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya.
Hegel memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap para penulis dari berbagai kalangan, termasuk para pengagumnya seperti F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx. Hegel dapat dikatakan sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan gagasan mengenai sejarah dalam filsafat, dan hal yang konkret penting adalah untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain (others) dalam proses pencapaian kesadaran diri (dialektika).
Secara filosofis, Hegel memberi sumbangsih besar. Ia telah memperkaya suatu dimensi filsafat baru bagi usaha-usaha pengembangan ilmu filsafat, yakni tentang sejarahnya. Hingga kini ide tentang filsafat sejarah semua filsuf belakangan boleh dikatakan berkiblat kepadanya. Buku yang paling membuatnya dikenal adalah buku pertamanya, yakni The Phenomenology of Spirit. Buku itu berisi tentang perjalanan panjang yang membawa kita dari konsepsi yang paling dasar hingga yang paling rumit mengenai ketidaksadaran manusia. Tujuan buku ini adalah untuk mencapai kebenaran absolut. Lebih dari itu, perhatian buku Hegel itu adalah mengenai hakikat ruh atau geist. Dan barangkali inilah yang dimaksudkan sebagai kebenaran absolut itu.
Hingga kini minat mengkaji pemikiran brilian Hegel belum redup, malah mungkin semakin menjadi-jadi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemikir kritis yang lahir terinspirasi dari pemikirannya. Karl Marx misalnya, di kala dia menulis Das Kapital, kalangan para pemikir Jerman dengan seenaknya memperlakukan Hegel seperti anjing mati. Seketika itu Karl Marx mengaku menjadi murid setia pemikir agung itu.
Tidak hanya itu, pikiran Hegel seolah membius dan menghipnotis siapapun. Karya yang paling digemari dan menimbulkan diskusi yang sangat menarik adalahPhenomenology of Mind. Alexander Kojeve membahasnya dalam bukunyaIntroduction a la Lecture de Hegel.
Lalu soal filsafat sejarah. Topik ini tidak kalah menarik dibanding karya Hegel yang lainnya. Karya ini dianggap sebagai jantung dan pusat filsafat Hegel. Buku ini merupakan karya yang sangat berpengaruh selama bertahun-tahun. Lebih dari itu, seluruh filsafat Hegel dipahami secara historis.
Dewasa ini perhatian terhadap filsafat sejarah semakin meningkat, tentu saja dalam arti luas. Toynbee, Ibnu Kaldun, Rostow dan pemikir sejarah lainnya memberikan kesaksian atas semakin luasnya perhatian ini yang tampak di mana-mana. Lebih dari itu semua, visi misi filsafat Hegel memang berbeda dibanding dengan karya pemikir lainnya, apalagi banyak orang terpesona karena cara berfilsafat Hegel  
Yang membedakan filsafat Hegel filsuf-filsuf lain bukanlah pertama-tama apa yang dipikirkan, melainkan caranya. Bagi Hegel mengetahui adalah proses di mana objek yang diketahui dan subjek yang mengetahui saling mengembangkan, sehingga tidak pernah sama atau selesai. Pengetahuan saya hari ini difalsifikasikan oleh pengetahuan besok, dan pengetahuan besok mengubah apa yang diketahui karena ditangkap dengan lebih tepat. Dalam proses itu saya sendiri senantiasa menjadi orang baru, karena dengan perubahan pengertian, kedudukan dan tanggung jawab saya pun berubah.
Pengetahuan adalah sebuah ongoing process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang : tahap yang sudah tercapai “disangkal” atau “dinegasi” oleh tahap baru. Bukan dalam arti tahap lama itu tak berlaku lagi, tetapi tahap lama itu dalam cahaya pengetahuan kemudian, kelihatan terbatas. Jadi tahap lama itu tidak benarkarena terbatas, dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Tetapi yang benar dalam penyangkalan tetap dipertahankan. Itulah inti dialektika Hegel yang merupakan wujud pengetahuan manusia.
Hegel melukiskan perjalanan dari pengetahuan sederhana dan langsung ke “pengetahuan absolut” dalam bukunya Phenomenology of mind. Pengetahuan absolut adalah titik akhir perjalanan filsafat melalui segala fenomen pengalaman dan kesadaran yang menawarkan diri. Si filsuf telah menjelajahi seluruh realitas. Apa pun : unsur-unsur di dunia, sejarah, penghayatan diri sendiri, pikiran manusia, seni, agama, filsafat, pada akhir perjalanan itu dapat ditempatkan dalam keterkaitannya. Semuanya berada di mana dia harus berada. Sang filsuf sendiri menemukan diri dalam seluruh realitas. Pengetahuan absolut berarti bahwa tidak ada lagi yang asing bagiku. Di mana pun, aku berada pada diriku sendiri karena aku memahaminya. Aku menyatu dengan seluruh realitas. Maka pengetahuan itu disebut absolut : tak ada segi dari pengetahuan itu yang tidak berlaku atau masih dapat diatasi.
Apa yang dalam pengetahuan absolut menjadi kesadaran filsuf merupakan gerak objektif dalam realitas. Dengan kata lain, Hegel memahami sejarah sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Roh semesta berada di belakang sejarah, ia mendapat objektifitas di dalamnya. Hegel bicara tentang Roh Objektif : roh sebagaimana yang ia mengungkapkan diri dalam kebudayaan-kebudayaan, dalam moralitas-moralitas bangsa-bangsa, dalam institusi-institusi.
Menurut Hegel roh objektif mendapat ungkapan paling kuat dalam negara. Karena negara mempunyai kehendak, ia dapat bertindak. Dengan demikian negara mengungkapkan Roh semesta ; ia merupakan “perjalanan Allah dalam dunia” (Hegel 1978, 258). Dalam filsafat sejarah, Hegel menunjukan bagaimana manusia semakin menyadari kebebasannya dan semakin mengorganisasikan diri dengan menjunjung tinggi kebebasannya. Kebebasan prinsiipil manusia menurut Hegel berkembang menjadi nyata dalam dialektika tiga langkah : dalam gereja Katholik kebebasan itu baru dalam pewartaan, sedangkan dalam kenyataan yang bebas hanyalah klerus (para hierarki), yang kemudian “disangkal” oleh Protestantisme terbatas pada hak pembacaan Kitab Suci, kemudian oleh Aufklarung diakui sebagai kebebasan untuk menganut agama yang diyakininya, dan akhirnya oleh Kant dijadikan prinsip universal hak dan kewajiban setiap orang untuk mengikuti suara hati. Akhirnya dalam revolusi Prancis sebagai langkah dialektis baru, kebebasan tercetus dari batin orang (terbatas pada hak untuk, secara pribadi, mengikuti suara hati) menjadi struktur hukum dan negara dengan memproklamasikan republik dan mengakui hak-hak asasi manusia.
Yang khas bagi filsafat Hegel adalah ciri proses. Tak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang pengetahuan yang terisolasi. Semuanya saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Itulah dialektika Hegel.
Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dan hubungan ini berupa negasi. Hanya melalui negasi kita bisa maju, kita bisa mencapai keutuhan, kita dapat menemukan diri sendiri. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Secara ringkas, dialektika memandang apa pun yang ada sebagai “kesatuan dari apa yang berlawanan”, sebagai “perkembangan melalui langkah-langkah yang saling berlawanan”, sebagai hasil dari, dan unsur dalam, sebuah proses yang maju lewat negasi atau penyangkalan”. Kekhasan negasi itu adalah bahwa apa yang dinegasi tidak dihancurkan atau ditiadakan, melainkan yang disangkal hanyalah segi yang salah (yang memang membuat seluruh pernyataan itu salah), tetapi kebenarannya tetap diangkat dan dipertahankan.


laporan diskusi sejarah lokal




Laporan Hasil Diskusi
Sejarah sebagai Unit-unit Historis
1. Sejarah lokal lebih menjadi sub bagian dari sejarah nasional, lalu bagaimanakah jika kita ingin mencari sumber-sumber untuk penelitian lokal?      
Sejarah lokal dikatakan sebagai micro unit sedangkan sejarah nasional Indonesia termasuk dalam makro unit, untuk penelitian lokal kita bisa melakukan kros cek terhadap objek penelitian lokal itu, lalu bisa juga mengambil dari sumber sejarah nasional, biasanya dalam sejarah nasional banyak pula yang membahas mengenai sejarah lokal daerah.  
2. Kejadian masa kini bila dijadikan penulisan sejarah lokal bisa atau tidak? Apakah ada trik khusus dalam sejarah lokal?
Selain langkah penelitian sejarah yang biasa dilakukan seperti Heuristik, Kritik sumber, Hermeunetika dan Historiografi , peneliti sejarah lokal juga bisa menentukan batas-batas yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya serta membedakan antara yang disebut kejadian historis dengan kejadian non-historis yang terpenting peneliti harus melakukan verifikasi terkait objek penelitian karena takut objek penelitian hanya mitos, dan cerita yang tidak pernah terjadi. Untuk memperkuat penelitian perlu di lakukan wawancara mendalam, kepada narasumber yang mengerti dan mengetahui  terhadap apa yang kita teliti.
3.  Jika di Jakarta ada cerita rakyat Si Pitung apakah  itu bisa dijadikan sejarah lokal ? Tetapi saya pernah mendengar bahwa kuburan Si Pitung itu banyak , lalu bagaimana kita dapat menentukan sumber sejarahnya dan berpengaruh tidak geografis terhadap penelitian lokal?
            Cerita rakyat si Pitung di Jakarta dapat di jadikan Sejarah Lokal, karena itu benar-benar terjadi dan merupakan sejarah lokal yang berada di Jakarta. Si pitung di anggap sebagai Jawara yang berasal dari betawi, namun makan si Pitung tidak dapat di pastikan, jadi letak geografis dari makam itu tidak di permasalahkan.


Makalah Sejarah Lokal- unit historis


UNIT HISTORIS


UNIT HISTORIS
Hari Nahredi,M.Pd

logo




DISUSUN OLEH :                   1. OKTA EVITASARI
                                                2. SELVIA DARMAYANTI
                                                3. TITIS INDARI
                                                         



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2013




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah lokal merupakan bagian sejarah yang bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan untuk sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah nasional yang membicarakan sesuatu secara umum. Keterkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena  sejarah lokal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan memberi hubungan timbal balik.
Sehingga dengan demikian antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah Nasional tetapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan ini kita makin menyadari berbagai corak penghadapan manusia dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya serta memperdalam pula kesadaran sejarah kita untuk mendapatkan makna dari berbagai peristiwa sejarah yang dilalui.
B. Tujuan Penulisan
            1. Untuk mempelajari Sejarah Nasional sebagai macro-unit
            2. Untuk mempelajari Sejarah Lokal sebagai micro-unit
            3. Untuk mengetahui perbedaan antara Sejarah Nasional sebagai macro-unit               dan Sejarah Lokal sebagai micro-unit 
C. Metode Penulisan
            Dalam pengumpulan data, kami menggunakan keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber. Adapun dalam penulisan laporan ini kami menggunakan metode literatural (kepustakaan)
            Metode ini mengacu pada pengumpulan data dengan melihat dan membaca berbagai keterangan yang berhubungan dengan unit-unit sejarah. Kami tidak hanya mendapat keterangan yang berasal dari internet melainkan kami juga memiliki referensi dari sumber-sumber lain mengenai unit-unit sejarah. Dalam makalah ini kami mengunakan beberapa buku untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan terhadap ilmu materi kami tersebut  secara luas.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nasional Macro-unit
            SNI  merupakan bagian dari pengetahuan sejarah yang dapat  dipahami ( Intelligible field ), kompleks problem-problem, tema-tema, atau topik-topik yang ditempatkan dalam time settingSNI sebagai macro-unit merupakan kerangka referensi bagi sejarah lokal yang dapat dipandang sebagai micro unit. Dengan demikian, baik SNI maupun sejarah lokal adalah sejarah sebagai kisah.
            Seringkali sejarah lokal telah dilupakan oleh masyarakat pendukungnya, tetapi justru masih dikenali oleh lokal lain dan masuk dalam tradisi besar semacam SNI. Contohnya adalah peristiwa raja Nambrud yang tercantum dalam tradisi besar teks Babad Tanah Jawi, yang di jadikan karya canon, yang mendirikan kubu pertahanannya di slinga. Contoh yang lain misalnya asal usul tokoh Cerita Dipati Ukur sudah jarang ditemukan di daerah Banyumas. Dalam masyarakat Sunda, Cerita Dipatai Ukur justru masih dikenali, bahkan data sejarahnya cukup beragam
            SNI dengan macro analisis digunakan untuk menggarap proses-proses yang menyilang antarunit dan mempunyai kualitas yang tidak terdapat pada unit masing-masing. Proses menyilang  dalam SNI merupakan  suatu interaksi yang penting antarmicro unit. Semua proses mendorong penyilangan antarmicro unit yang akan lebih memperkuat macro unit.   Semakin banyak transaksi akan semakin tinggi derajat integrasi atau kohesi sebagai suatu sistem. Sistem tersebut mencakup hubungan timbal balik antara macro-unit dengan micro-unit dengan kekuatan sentripetal yang bersifat memusat dan menyatukan ( integrasi ) berbagai pendapat atau kekuatan sentrifugal yang saling menjauhkan dan memecah ( disintegrasi ).
            Sartono Kartodirdjo dalam bukunya menuliskan bahwa sejarah Indonesia yang diungkapkannya adalah sejarah total atau menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan, namun yang dimaksud bukan berarti sejarah yang merupakan gabungan dari sejarah local dan regional. Sejarah nasional sebagai sejarah total adalah representasi sejarah local dan regional yang dilihat melalui prespektif sejarah nasional. Sejarah total ini mengandung beberapa konsep dan konsep integrasi adalah yang paling utama. Sejarah Indonesia  menunjukkan kecenderungan ke arah integrasi yang progresif. Integrasi progresif disini adalah bahwa Sejarah Indonesia terbentuk dari suatu proses perkembangan dari unit terkecil sampai yang terbesar, seperti dari unit local ke yang nasional.  Dengan konsep integrasi ini dapat dilihat bahwa Sejarah Indonesia sebagai suatu proses perkembangan yang lambat laun dan kontinu dari zaman prasejarah sampai masa kini dalam wujud suatu kesatuan nasional melalui interaksi dari berbagai pola-pola komunikasi  antara golongan lapisan sosial dan antara daerah-daerah.
            Sejarah Indonesia adalah macro unit yang mencakup  sejarah local dan regional sebagai micro unitnya. Sejarah Indonesia dipandang sebagai hasil dari interaksi antar micro unit tersebut melalui proses-proses seperti pelayaran, perdagangan, perang, penyiaran agama, dan juga perkawinan. Dan terakhir adalah bahwa sejarah Indonesia harus dilihat dalam prespektif nasional sebagai suatu kesatuan historis dari apa yang disebut sebagai sejarah local dan regional. Dan dalam posisi tersebut sejarah Indonesia harus dilihat dengan suatu pendekatan (approach). Sartono Kartodirdjo mengungkapkan perlunya multidimensional approach. Dengan pendekatan tersebut dapat mengungkapkan kehidupan pada tingkat local yang beranekaragam dan juga penuh dinamika dalam berbagai bidang. Dan dengan pendekatan tersebut aspek-aspek sejarah local akan bisa menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
            Dalam bukunya “Sejarah Indonesia Modern”, Ricklefs berusaha menuliskan sejarah Indonesia berdasarkan bukti-bukti dan sumber-sumber data sejarah primer dan sekunder. Ia berusaha merekonstruksi sebagian periode dari sejarah Indonesia, yaitu sejarah Indonesia yang dimulai dari periode ± 1300, yang disebutnya sebagai Sejarah Indonesia Modern. Pemilihan periode ini didasarkannya pada beberapa hal, yaitu unsur kebudayaan dan agama (dalam hal ini Islamisasi, menarik karena terjadi sampai sekarang sejak tahun ±1300-an). Unsur selanjutnya adalah topic, ia melihat ada saling mempengaruhi antara orang Indonesia dan orang Barat sejak ±1500 sampai sekarang. Dan yang terakhir adalah konsistensinya terhadap bukti dan sumber-sumber data primer sejarah. Pada periode tersebut sumber-sumber primer ditulis hampir secara eksklusif dala bahasa-bahasa Indonesia Modern (Jawa dan Melayu, bukan Jawa dan Melayu yang kuno) dan juga dalam bahasa-bahasa Eropa. Selanjutnya Ricklefs menuliskan sejarah Indonesia hanya terbatas pada wilayah Jawa. Jadi seolah-olah terkesan bahwa sejarah Jawa adalah representasi sejarah Indonesia secara menyeluruh. Hal tersebut sudah diakuinya sebagai suatu kekurangannya.

 B Sejarah Lokal sebagai Micro-unit
            Sejarah lokal sebagai micro-unit merupakan unit historis yang mempunyai ciri khas sebagai kesatuan etnis dan cultural sebagai salah satu dimensi dari SNI. Sejarah lokal memakai micro analisis untuk mempelajari peristiwa atau kejadian pada tingkat lokal yang mencakup interaksi antarsub-micro-unit yang unit. Interaksi tersebut menunjukan adanya keragaman di dalam  suatu micro-unit. Sejarah lokal adalah micro histori yang mempelajari micro-unit, yang pada umumnya, setiap micro-unit menunjukan cirri yang khas yang tidak terdapat pada, baik micro-unit yang lain maupun macro-unit.
            Dalam studi sejarah, salah satu masalah yang dihadapi sejarawan ialah penentuan kesatuan kerangka peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dalam melihat proses persambungan peristiwa-peristiwa. Dalam hubungan ini dikenal istilah unit-unit sejarah. Sejarawan perlu menentukan batas-batas yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya. Misalnya membedakan antara yang disebut kejadian historis dengan kejadian non-historis. Cara yang lain yang juga bisa dijadikan dasar kategorisasi peristiwasejarah, yaitu melihat peristiwa-peristiwa itu dalam rangka apa yang disebut sebagai “unit sejarah”. Yang penting dalam kategorisasi peristiwa sejarah adalah adanya kerangka kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta-fakta yang berada dalam satu kerangka tersebut, di dalamnya juga mengandung aspek kesatuan temporal serta kesatuan spatial dari rangkaian peristiwanya. Dengan demikian, unit-unit historis itu terwujud dari berbagai kategori yangmenyebabkan adanya variasi lingkup sejarah.Sejarawan Inggris, A.J Toynbee meskipun mengakui adanya unit historisyang merupakan kesatuan negara dan bangsa, tapi lebih cenderung pada unithistoris makro. Sebaliknya kelompok sejarawan praktis lebih melihat kesatuan lapangan studi sejarah yang bisa dipahami itu berada pada lingkungan sejarah mikro.
Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah lokal merupakan bagian sejarah yang bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan untuk sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah nasional yang membicarakan sesuatu secara umum.

Hubungan erat antara mikro dan dimensi makro dalam sejarah bisa pula dilihat dalam hubungan studi sejarah di Indonesia. Menurut Kartodirdjo  bahwa banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat lokal, sebenarnya hanya bisa dimengerti dengan baik apabila dihubungan dengan dimensi sejarah nasional. Menurutnya sebagai contoh yaitu hal-hal yang dibawa oleh proses westernisasi seperti diperkenalkannya sistem pajak, sewa tanah, birokrasi modern yang membawa fenomena baru dalam kehidupan penduduk pedesaan.
C. Objek Sejarah Lokal
            Objek sejarah lokal tidak identik dengan objek SNI, baik aspek temporal maupun spatial. Secara temporal, sejarah lokal tidak berhimpit dengan SNI. Periode sejarah atau akhir masa prasejarah setiap lokal tidak sama. Jika sejarah lokal membuat periode sejarahnya dengan meniru  periodesasi SNI, maka sejarah lokal itu tidak lebih sebagai penulisan SNI, maka sejarah lokal itu lebih sebagai penulisan SNI  ditingkat lokal ( versi lokal ). Perbedaan spatial juga jelas mencolok karena sejarah lokal berkutat pada ruang tertentu saja yang d sepakati, sedangkan SNI berenang di kolam Nusantara yang luas. Sejarah lokal harus mandiri dengan penguatan metode sejarah bagi para sejarah lokal sehingga karya histografinya berbobot. Hasil studi khusus pada sejarah lokal akan member pengetahuan lebih umum terhadap kejadian-kejadian historis ditingkat lokal  yang merupakan dimensi SNI.
            Secara prinsipil, semua peristiwa yang tertulis dalam SNI adalah peristiwa lokal. Realistis itu, tidak dapat terbantahkan karena setiap lokalitas menjadi ajang peristiwa sejarah. kemudian ada proses klasifikasi terhadap peristiwa-peristiwa sehingga ada yang menganggap bahwa peristiwa tertentu hanyalah peristiwa lokal saja, sedangkan yang lain dinilai mempunyai kadar sebagai peristiwa nasional. Namun, sesungguhnya semua peristiwa bisa dipandang sebagai peristiwa yang bertaraf nasional. Hal itu tergantung dari sudut pandang orang yang melakukan penilaian.
Keterkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena  sejarah lokal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan memberi hubungan timbal balik.
Dan dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah nasional lebih ditekankan pada gambaran yang lebih meluas serta lebih menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa yang bersifat umum dengan tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dalam peristiwa lokal, sedangkan dalam sejarah lokal  yang lebih diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar yang mencangkup suatu lokalitas dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di lokalitas tersebut. Dengan demikian sejarah nasional yang  hanya membicarakan sesuatu secara umum dan sifatnya terbatas. Sejarah Lokal memberikan detail sehingga mampu melengkapi kekurangan sejarah nasional.















BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Sejarah lokal menjadi semakin kurang terlokasikan. Sejarah lokal bersifat melebar, horizonnya semakin mengembang menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas. Bahwa dalam sejarah nasional tekanan terutama diberikan pada gambaran yang lebih meluas serta menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan tidak terlalu memperhatikan detail-detail peristiwa lokal. Sedangkan dalam sejarah lokal yang mendapat perhatian utama justru peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar suatu lokalitas sebagi suatu kebulatan, dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa khusus di lokalitas.
            Melakukan koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang sering dibuat dalam penulisan sejarah nasional. Banyaknya ketumpang tindihan pengertian dan pemahaman mengenai sejarah nasional dan sejarah lokal. Tidak semua peristiwa atau perubahan yang digeneralisir/dianggap menjadi fakta nasioanl yang berlaku bagi semua wilayah Indonesia.