Kamis, 25 April 2013

tugas sejarah intelektual


KONSEP PEMIKIRAN G.W.F HEGEL
Nama lengkap Hegel adalah George Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. Di masa kecilnya, ia sering membaca literatur, surat kabar,esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca  mungkin disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya.
Hegel memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap para penulis dari berbagai kalangan, termasuk para pengagumnya seperti F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx. Hegel dapat dikatakan sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan gagasan mengenai sejarah dalam filsafat, dan hal yang konkret penting adalah untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain (others) dalam proses pencapaian kesadaran diri (dialektika).
Secara filosofis, Hegel memberi sumbangsih besar. Ia telah memperkaya suatu dimensi filsafat baru bagi usaha-usaha pengembangan ilmu filsafat, yakni tentang sejarahnya. Hingga kini ide tentang filsafat sejarah semua filsuf belakangan boleh dikatakan berkiblat kepadanya. Buku yang paling membuatnya dikenal adalah buku pertamanya, yakni The Phenomenology of Spirit. Buku itu berisi tentang perjalanan panjang yang membawa kita dari konsepsi yang paling dasar hingga yang paling rumit mengenai ketidaksadaran manusia. Tujuan buku ini adalah untuk mencapai kebenaran absolut. Lebih dari itu, perhatian buku Hegel itu adalah mengenai hakikat ruh atau geist. Dan barangkali inilah yang dimaksudkan sebagai kebenaran absolut itu.
Hingga kini minat mengkaji pemikiran brilian Hegel belum redup, malah mungkin semakin menjadi-jadi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemikir kritis yang lahir terinspirasi dari pemikirannya. Karl Marx misalnya, di kala dia menulis Das Kapital, kalangan para pemikir Jerman dengan seenaknya memperlakukan Hegel seperti anjing mati. Seketika itu Karl Marx mengaku menjadi murid setia pemikir agung itu.
Tidak hanya itu, pikiran Hegel seolah membius dan menghipnotis siapapun. Karya yang paling digemari dan menimbulkan diskusi yang sangat menarik adalahPhenomenology of Mind. Alexander Kojeve membahasnya dalam bukunyaIntroduction a la Lecture de Hegel.
Lalu soal filsafat sejarah. Topik ini tidak kalah menarik dibanding karya Hegel yang lainnya. Karya ini dianggap sebagai jantung dan pusat filsafat Hegel. Buku ini merupakan karya yang sangat berpengaruh selama bertahun-tahun. Lebih dari itu, seluruh filsafat Hegel dipahami secara historis.
Dewasa ini perhatian terhadap filsafat sejarah semakin meningkat, tentu saja dalam arti luas. Toynbee, Ibnu Kaldun, Rostow dan pemikir sejarah lainnya memberikan kesaksian atas semakin luasnya perhatian ini yang tampak di mana-mana. Lebih dari itu semua, visi misi filsafat Hegel memang berbeda dibanding dengan karya pemikir lainnya, apalagi banyak orang terpesona karena cara berfilsafat Hegel  
Yang membedakan filsafat Hegel filsuf-filsuf lain bukanlah pertama-tama apa yang dipikirkan, melainkan caranya. Bagi Hegel mengetahui adalah proses di mana objek yang diketahui dan subjek yang mengetahui saling mengembangkan, sehingga tidak pernah sama atau selesai. Pengetahuan saya hari ini difalsifikasikan oleh pengetahuan besok, dan pengetahuan besok mengubah apa yang diketahui karena ditangkap dengan lebih tepat. Dalam proses itu saya sendiri senantiasa menjadi orang baru, karena dengan perubahan pengertian, kedudukan dan tanggung jawab saya pun berubah.
Pengetahuan adalah sebuah ongoing process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang : tahap yang sudah tercapai “disangkal” atau “dinegasi” oleh tahap baru. Bukan dalam arti tahap lama itu tak berlaku lagi, tetapi tahap lama itu dalam cahaya pengetahuan kemudian, kelihatan terbatas. Jadi tahap lama itu tidak benarkarena terbatas, dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Tetapi yang benar dalam penyangkalan tetap dipertahankan. Itulah inti dialektika Hegel yang merupakan wujud pengetahuan manusia.
Hegel melukiskan perjalanan dari pengetahuan sederhana dan langsung ke “pengetahuan absolut” dalam bukunya Phenomenology of mind. Pengetahuan absolut adalah titik akhir perjalanan filsafat melalui segala fenomen pengalaman dan kesadaran yang menawarkan diri. Si filsuf telah menjelajahi seluruh realitas. Apa pun : unsur-unsur di dunia, sejarah, penghayatan diri sendiri, pikiran manusia, seni, agama, filsafat, pada akhir perjalanan itu dapat ditempatkan dalam keterkaitannya. Semuanya berada di mana dia harus berada. Sang filsuf sendiri menemukan diri dalam seluruh realitas. Pengetahuan absolut berarti bahwa tidak ada lagi yang asing bagiku. Di mana pun, aku berada pada diriku sendiri karena aku memahaminya. Aku menyatu dengan seluruh realitas. Maka pengetahuan itu disebut absolut : tak ada segi dari pengetahuan itu yang tidak berlaku atau masih dapat diatasi.
Apa yang dalam pengetahuan absolut menjadi kesadaran filsuf merupakan gerak objektif dalam realitas. Dengan kata lain, Hegel memahami sejarah sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Roh semesta berada di belakang sejarah, ia mendapat objektifitas di dalamnya. Hegel bicara tentang Roh Objektif : roh sebagaimana yang ia mengungkapkan diri dalam kebudayaan-kebudayaan, dalam moralitas-moralitas bangsa-bangsa, dalam institusi-institusi.
Menurut Hegel roh objektif mendapat ungkapan paling kuat dalam negara. Karena negara mempunyai kehendak, ia dapat bertindak. Dengan demikian negara mengungkapkan Roh semesta ; ia merupakan “perjalanan Allah dalam dunia” (Hegel 1978, 258). Dalam filsafat sejarah, Hegel menunjukan bagaimana manusia semakin menyadari kebebasannya dan semakin mengorganisasikan diri dengan menjunjung tinggi kebebasannya. Kebebasan prinsiipil manusia menurut Hegel berkembang menjadi nyata dalam dialektika tiga langkah : dalam gereja Katholik kebebasan itu baru dalam pewartaan, sedangkan dalam kenyataan yang bebas hanyalah klerus (para hierarki), yang kemudian “disangkal” oleh Protestantisme terbatas pada hak pembacaan Kitab Suci, kemudian oleh Aufklarung diakui sebagai kebebasan untuk menganut agama yang diyakininya, dan akhirnya oleh Kant dijadikan prinsip universal hak dan kewajiban setiap orang untuk mengikuti suara hati. Akhirnya dalam revolusi Prancis sebagai langkah dialektis baru, kebebasan tercetus dari batin orang (terbatas pada hak untuk, secara pribadi, mengikuti suara hati) menjadi struktur hukum dan negara dengan memproklamasikan republik dan mengakui hak-hak asasi manusia.
Yang khas bagi filsafat Hegel adalah ciri proses. Tak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang pengetahuan yang terisolasi. Semuanya saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Itulah dialektika Hegel.
Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dan hubungan ini berupa negasi. Hanya melalui negasi kita bisa maju, kita bisa mencapai keutuhan, kita dapat menemukan diri sendiri. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Secara ringkas, dialektika memandang apa pun yang ada sebagai “kesatuan dari apa yang berlawanan”, sebagai “perkembangan melalui langkah-langkah yang saling berlawanan”, sebagai hasil dari, dan unsur dalam, sebuah proses yang maju lewat negasi atau penyangkalan”. Kekhasan negasi itu adalah bahwa apa yang dinegasi tidak dihancurkan atau ditiadakan, melainkan yang disangkal hanyalah segi yang salah (yang memang membuat seluruh pernyataan itu salah), tetapi kebenarannya tetap diangkat dan dipertahankan.


2 komentar:

  1. referensinya neng,,silakan perbaiki dan upload kembali,,

    BalasHapus
  2. iyah ibu :)
    perbaikannya terakhir kapan bu ??

    BalasHapus