Kamis, 25 April 2013

Makalah Sejarah Lokal- unit historis


UNIT HISTORIS


UNIT HISTORIS
Hari Nahredi,M.Pd

logo




DISUSUN OLEH :                   1. OKTA EVITASARI
                                                2. SELVIA DARMAYANTI
                                                3. TITIS INDARI
                                                         



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2013




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah lokal merupakan bagian sejarah yang bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan untuk sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah nasional yang membicarakan sesuatu secara umum. Keterkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena  sejarah lokal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan memberi hubungan timbal balik.
Sehingga dengan demikian antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah Nasional tetapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan ini kita makin menyadari berbagai corak penghadapan manusia dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya serta memperdalam pula kesadaran sejarah kita untuk mendapatkan makna dari berbagai peristiwa sejarah yang dilalui.
B. Tujuan Penulisan
            1. Untuk mempelajari Sejarah Nasional sebagai macro-unit
            2. Untuk mempelajari Sejarah Lokal sebagai micro-unit
            3. Untuk mengetahui perbedaan antara Sejarah Nasional sebagai macro-unit               dan Sejarah Lokal sebagai micro-unit 
C. Metode Penulisan
            Dalam pengumpulan data, kami menggunakan keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber. Adapun dalam penulisan laporan ini kami menggunakan metode literatural (kepustakaan)
            Metode ini mengacu pada pengumpulan data dengan melihat dan membaca berbagai keterangan yang berhubungan dengan unit-unit sejarah. Kami tidak hanya mendapat keterangan yang berasal dari internet melainkan kami juga memiliki referensi dari sumber-sumber lain mengenai unit-unit sejarah. Dalam makalah ini kami mengunakan beberapa buku untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan terhadap ilmu materi kami tersebut  secara luas.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nasional Macro-unit
            SNI  merupakan bagian dari pengetahuan sejarah yang dapat  dipahami ( Intelligible field ), kompleks problem-problem, tema-tema, atau topik-topik yang ditempatkan dalam time settingSNI sebagai macro-unit merupakan kerangka referensi bagi sejarah lokal yang dapat dipandang sebagai micro unit. Dengan demikian, baik SNI maupun sejarah lokal adalah sejarah sebagai kisah.
            Seringkali sejarah lokal telah dilupakan oleh masyarakat pendukungnya, tetapi justru masih dikenali oleh lokal lain dan masuk dalam tradisi besar semacam SNI. Contohnya adalah peristiwa raja Nambrud yang tercantum dalam tradisi besar teks Babad Tanah Jawi, yang di jadikan karya canon, yang mendirikan kubu pertahanannya di slinga. Contoh yang lain misalnya asal usul tokoh Cerita Dipati Ukur sudah jarang ditemukan di daerah Banyumas. Dalam masyarakat Sunda, Cerita Dipatai Ukur justru masih dikenali, bahkan data sejarahnya cukup beragam
            SNI dengan macro analisis digunakan untuk menggarap proses-proses yang menyilang antarunit dan mempunyai kualitas yang tidak terdapat pada unit masing-masing. Proses menyilang  dalam SNI merupakan  suatu interaksi yang penting antarmicro unit. Semua proses mendorong penyilangan antarmicro unit yang akan lebih memperkuat macro unit.   Semakin banyak transaksi akan semakin tinggi derajat integrasi atau kohesi sebagai suatu sistem. Sistem tersebut mencakup hubungan timbal balik antara macro-unit dengan micro-unit dengan kekuatan sentripetal yang bersifat memusat dan menyatukan ( integrasi ) berbagai pendapat atau kekuatan sentrifugal yang saling menjauhkan dan memecah ( disintegrasi ).
            Sartono Kartodirdjo dalam bukunya menuliskan bahwa sejarah Indonesia yang diungkapkannya adalah sejarah total atau menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan, namun yang dimaksud bukan berarti sejarah yang merupakan gabungan dari sejarah local dan regional. Sejarah nasional sebagai sejarah total adalah representasi sejarah local dan regional yang dilihat melalui prespektif sejarah nasional. Sejarah total ini mengandung beberapa konsep dan konsep integrasi adalah yang paling utama. Sejarah Indonesia  menunjukkan kecenderungan ke arah integrasi yang progresif. Integrasi progresif disini adalah bahwa Sejarah Indonesia terbentuk dari suatu proses perkembangan dari unit terkecil sampai yang terbesar, seperti dari unit local ke yang nasional.  Dengan konsep integrasi ini dapat dilihat bahwa Sejarah Indonesia sebagai suatu proses perkembangan yang lambat laun dan kontinu dari zaman prasejarah sampai masa kini dalam wujud suatu kesatuan nasional melalui interaksi dari berbagai pola-pola komunikasi  antara golongan lapisan sosial dan antara daerah-daerah.
            Sejarah Indonesia adalah macro unit yang mencakup  sejarah local dan regional sebagai micro unitnya. Sejarah Indonesia dipandang sebagai hasil dari interaksi antar micro unit tersebut melalui proses-proses seperti pelayaran, perdagangan, perang, penyiaran agama, dan juga perkawinan. Dan terakhir adalah bahwa sejarah Indonesia harus dilihat dalam prespektif nasional sebagai suatu kesatuan historis dari apa yang disebut sebagai sejarah local dan regional. Dan dalam posisi tersebut sejarah Indonesia harus dilihat dengan suatu pendekatan (approach). Sartono Kartodirdjo mengungkapkan perlunya multidimensional approach. Dengan pendekatan tersebut dapat mengungkapkan kehidupan pada tingkat local yang beranekaragam dan juga penuh dinamika dalam berbagai bidang. Dan dengan pendekatan tersebut aspek-aspek sejarah local akan bisa menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
            Dalam bukunya “Sejarah Indonesia Modern”, Ricklefs berusaha menuliskan sejarah Indonesia berdasarkan bukti-bukti dan sumber-sumber data sejarah primer dan sekunder. Ia berusaha merekonstruksi sebagian periode dari sejarah Indonesia, yaitu sejarah Indonesia yang dimulai dari periode ± 1300, yang disebutnya sebagai Sejarah Indonesia Modern. Pemilihan periode ini didasarkannya pada beberapa hal, yaitu unsur kebudayaan dan agama (dalam hal ini Islamisasi, menarik karena terjadi sampai sekarang sejak tahun ±1300-an). Unsur selanjutnya adalah topic, ia melihat ada saling mempengaruhi antara orang Indonesia dan orang Barat sejak ±1500 sampai sekarang. Dan yang terakhir adalah konsistensinya terhadap bukti dan sumber-sumber data primer sejarah. Pada periode tersebut sumber-sumber primer ditulis hampir secara eksklusif dala bahasa-bahasa Indonesia Modern (Jawa dan Melayu, bukan Jawa dan Melayu yang kuno) dan juga dalam bahasa-bahasa Eropa. Selanjutnya Ricklefs menuliskan sejarah Indonesia hanya terbatas pada wilayah Jawa. Jadi seolah-olah terkesan bahwa sejarah Jawa adalah representasi sejarah Indonesia secara menyeluruh. Hal tersebut sudah diakuinya sebagai suatu kekurangannya.

 B Sejarah Lokal sebagai Micro-unit
            Sejarah lokal sebagai micro-unit merupakan unit historis yang mempunyai ciri khas sebagai kesatuan etnis dan cultural sebagai salah satu dimensi dari SNI. Sejarah lokal memakai micro analisis untuk mempelajari peristiwa atau kejadian pada tingkat lokal yang mencakup interaksi antarsub-micro-unit yang unit. Interaksi tersebut menunjukan adanya keragaman di dalam  suatu micro-unit. Sejarah lokal adalah micro histori yang mempelajari micro-unit, yang pada umumnya, setiap micro-unit menunjukan cirri yang khas yang tidak terdapat pada, baik micro-unit yang lain maupun macro-unit.
            Dalam studi sejarah, salah satu masalah yang dihadapi sejarawan ialah penentuan kesatuan kerangka peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dalam melihat proses persambungan peristiwa-peristiwa. Dalam hubungan ini dikenal istilah unit-unit sejarah. Sejarawan perlu menentukan batas-batas yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya. Misalnya membedakan antara yang disebut kejadian historis dengan kejadian non-historis. Cara yang lain yang juga bisa dijadikan dasar kategorisasi peristiwasejarah, yaitu melihat peristiwa-peristiwa itu dalam rangka apa yang disebut sebagai “unit sejarah”. Yang penting dalam kategorisasi peristiwa sejarah adalah adanya kerangka kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta-fakta yang berada dalam satu kerangka tersebut, di dalamnya juga mengandung aspek kesatuan temporal serta kesatuan spatial dari rangkaian peristiwanya. Dengan demikian, unit-unit historis itu terwujud dari berbagai kategori yangmenyebabkan adanya variasi lingkup sejarah.Sejarawan Inggris, A.J Toynbee meskipun mengakui adanya unit historisyang merupakan kesatuan negara dan bangsa, tapi lebih cenderung pada unithistoris makro. Sebaliknya kelompok sejarawan praktis lebih melihat kesatuan lapangan studi sejarah yang bisa dipahami itu berada pada lingkungan sejarah mikro.
Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah lokal merupakan bagian sejarah yang bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan untuk sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah nasional yang membicarakan sesuatu secara umum.

Hubungan erat antara mikro dan dimensi makro dalam sejarah bisa pula dilihat dalam hubungan studi sejarah di Indonesia. Menurut Kartodirdjo  bahwa banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat lokal, sebenarnya hanya bisa dimengerti dengan baik apabila dihubungan dengan dimensi sejarah nasional. Menurutnya sebagai contoh yaitu hal-hal yang dibawa oleh proses westernisasi seperti diperkenalkannya sistem pajak, sewa tanah, birokrasi modern yang membawa fenomena baru dalam kehidupan penduduk pedesaan.
C. Objek Sejarah Lokal
            Objek sejarah lokal tidak identik dengan objek SNI, baik aspek temporal maupun spatial. Secara temporal, sejarah lokal tidak berhimpit dengan SNI. Periode sejarah atau akhir masa prasejarah setiap lokal tidak sama. Jika sejarah lokal membuat periode sejarahnya dengan meniru  periodesasi SNI, maka sejarah lokal itu tidak lebih sebagai penulisan SNI, maka sejarah lokal itu lebih sebagai penulisan SNI  ditingkat lokal ( versi lokal ). Perbedaan spatial juga jelas mencolok karena sejarah lokal berkutat pada ruang tertentu saja yang d sepakati, sedangkan SNI berenang di kolam Nusantara yang luas. Sejarah lokal harus mandiri dengan penguatan metode sejarah bagi para sejarah lokal sehingga karya histografinya berbobot. Hasil studi khusus pada sejarah lokal akan member pengetahuan lebih umum terhadap kejadian-kejadian historis ditingkat lokal  yang merupakan dimensi SNI.
            Secara prinsipil, semua peristiwa yang tertulis dalam SNI adalah peristiwa lokal. Realistis itu, tidak dapat terbantahkan karena setiap lokalitas menjadi ajang peristiwa sejarah. kemudian ada proses klasifikasi terhadap peristiwa-peristiwa sehingga ada yang menganggap bahwa peristiwa tertentu hanyalah peristiwa lokal saja, sedangkan yang lain dinilai mempunyai kadar sebagai peristiwa nasional. Namun, sesungguhnya semua peristiwa bisa dipandang sebagai peristiwa yang bertaraf nasional. Hal itu tergantung dari sudut pandang orang yang melakukan penilaian.
Keterkaitan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena  sejarah lokal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan memberi hubungan timbal balik.
Dan dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah nasional lebih ditekankan pada gambaran yang lebih meluas serta lebih menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa yang bersifat umum dengan tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dalam peristiwa lokal, sedangkan dalam sejarah lokal  yang lebih diperhatikan adalah peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar yang mencangkup suatu lokalitas dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di lokalitas tersebut. Dengan demikian sejarah nasional yang  hanya membicarakan sesuatu secara umum dan sifatnya terbatas. Sejarah Lokal memberikan detail sehingga mampu melengkapi kekurangan sejarah nasional.















BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Sejarah lokal menjadi semakin kurang terlokasikan. Sejarah lokal bersifat melebar, horizonnya semakin mengembang menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas. Bahwa dalam sejarah nasional tekanan terutama diberikan pada gambaran yang lebih meluas serta menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan tidak terlalu memperhatikan detail-detail peristiwa lokal. Sedangkan dalam sejarah lokal yang mendapat perhatian utama justru peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar suatu lokalitas sebagi suatu kebulatan, dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa khusus di lokalitas.
            Melakukan koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang sering dibuat dalam penulisan sejarah nasional. Banyaknya ketumpang tindihan pengertian dan pemahaman mengenai sejarah nasional dan sejarah lokal. Tidak semua peristiwa atau perubahan yang digeneralisir/dianggap menjadi fakta nasioanl yang berlaku bagi semua wilayah Indonesia.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar