UNIT HISTORIS
UNIT HISTORIS
Hari
Nahredi,M.Pd
DISUSUN
OLEH : 1. OKTA EVITASARI
2.
SELVIA DARMAYANTI
3.
TITIS INDARI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang sudah diketahui bahwa sejarah lokal
merupakan bagian sejarah yang bersifat mikro sedangkan untuk sejarah nasional
sendiri bersifat makro. Yang mana sejarah nasional lebih
bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai nasionalisme. Dan untuk
sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan dalam kajian sejarah
nasional yang membicarakan sesuatu secara umum. Keterkaitan
antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa
kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional.
Karena sejarah lokal sebagai
penyempurnakan sejarah nasional dan memberi hubungan timbal balik.
Sehingga dengan demikian antara sejarah lokal dan
Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan
penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan
sejarah Nasional tetapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang
dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih
intim. Dengan ini kita makin menyadari berbagai corak penghadapan manusia
dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya serta memperdalam pula kesadaran
sejarah kita untuk mendapatkan makna dari berbagai peristiwa sejarah yang
dilalui.
B.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mempelajari Sejarah Nasional sebagai macro-unit
2. Untuk
mempelajari Sejarah Lokal sebagai micro-unit
3. Untuk
mengetahui perbedaan antara Sejarah Nasional sebagai macro-unit dan Sejarah Lokal sebagai micro-unit
C.
Metode Penulisan
Dalam
pengumpulan data, kami menggunakan keterangan dan data-data yang diperoleh dari
berbagai sumber. Adapun dalam penulisan laporan ini kami menggunakan metode
literatural (kepustakaan)
Metode
ini mengacu pada pengumpulan data dengan melihat dan membaca berbagai
keterangan yang berhubungan dengan unit-unit sejarah. Kami tidak hanya mendapat
keterangan yang berasal dari internet melainkan kami juga memiliki referensi
dari sumber-sumber lain mengenai unit-unit sejarah. Dalam makalah ini kami
mengunakan beberapa buku untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan
terhadap ilmu materi kami tersebut
secara luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Nasional Macro-unit
SNI merupakan bagian dari pengetahuan sejarah
yang dapat dipahami ( Intelligible field ), kompleks
problem-problem, tema-tema, atau topik-topik yang ditempatkan dalam time setting. SNI sebagai macro-unit
merupakan kerangka referensi bagi sejarah lokal yang dapat dipandang sebagai
micro unit. Dengan demikian, baik SNI maupun sejarah lokal adalah sejarah
sebagai kisah.
Seringkali sejarah lokal telah
dilupakan oleh masyarakat pendukungnya, tetapi justru masih dikenali oleh lokal
lain dan masuk dalam tradisi besar semacam SNI. Contohnya adalah peristiwa raja
Nambrud yang tercantum dalam tradisi besar teks Babad Tanah Jawi, yang di
jadikan karya canon, yang mendirikan kubu pertahanannya di slinga. Contoh yang
lain misalnya asal usul tokoh Cerita Dipati Ukur sudah jarang ditemukan di daerah Banyumas. Dalam masyarakat Sunda, Cerita
Dipatai Ukur justru masih dikenali, bahkan data sejarahnya cukup beragam
SNI dengan macro analisis digunakan
untuk
menggarap proses-proses yang menyilang antarunit dan mempunyai kualitas yang tidak
terdapat pada unit masing-masing. Proses menyilang dalam SNI merupakan suatu interaksi yang penting antarmicro unit.
Semua proses mendorong penyilangan antarmicro unit yang akan lebih memperkuat
macro unit. Semakin banyak transaksi
akan semakin tinggi derajat integrasi atau kohesi sebagai suatu sistem. Sistem
tersebut mencakup hubungan timbal balik antara macro-unit dengan micro-unit
dengan kekuatan sentripetal yang bersifat memusat dan menyatukan ( integrasi )
berbagai pendapat atau kekuatan sentrifugal yang saling menjauhkan dan memecah
( disintegrasi ).
Sartono Kartodirdjo dalam bukunya menuliskan bahwa
sejarah Indonesia yang diungkapkannya adalah sejarah total atau menyeluruh yang
memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan, namun yang
dimaksud bukan berarti sejarah yang merupakan gabungan dari sejarah local dan
regional. Sejarah nasional sebagai sejarah total adalah representasi sejarah
local dan regional yang dilihat melalui prespektif sejarah nasional. Sejarah
total ini mengandung beberapa konsep dan konsep integrasi adalah yang paling
utama. Sejarah Indonesia menunjukkan kecenderungan ke arah integrasi yang
progresif. Integrasi progresif disini adalah bahwa Sejarah Indonesia terbentuk
dari suatu proses perkembangan dari unit terkecil sampai yang terbesar, seperti
dari unit local ke yang nasional. Dengan konsep integrasi ini dapat dilihat bahwa Sejarah Indonesia sebagai suatu
proses perkembangan yang lambat laun dan kontinu dari zaman prasejarah sampai
masa kini dalam wujud suatu kesatuan nasional melalui interaksi dari berbagai
pola-pola komunikasi antara golongan lapisan sosial dan antara
daerah-daerah.
Sejarah
Indonesia adalah macro unit yang mencakup sejarah local dan
regional sebagai micro unitnya. Sejarah Indonesia dipandang sebagai
hasil dari interaksi antar micro unit tersebut melalui proses-proses
seperti pelayaran, perdagangan, perang, penyiaran agama, dan juga perkawinan.
Dan terakhir adalah bahwa sejarah Indonesia harus dilihat dalam prespektif
nasional sebagai suatu kesatuan historis dari apa yang disebut sebagai sejarah
local dan regional. Dan dalam posisi tersebut sejarah Indonesia harus dilihat
dengan suatu pendekatan (approach). Sartono Kartodirdjo mengungkapkan
perlunya multidimensional approach. Dengan pendekatan tersebut
dapat mengungkapkan kehidupan pada tingkat local yang beranekaragam dan juga
penuh dinamika dalam berbagai bidang. Dan dengan
pendekatan tersebut aspek-aspek sejarah local akan bisa menjadi bagian dari
sejarah Indonesia.
Dalam
bukunya “Sejarah Indonesia Modern”, Ricklefs berusaha menuliskan sejarah
Indonesia berdasarkan bukti-bukti dan sumber-sumber data sejarah primer dan
sekunder. Ia berusaha merekonstruksi sebagian periode dari sejarah Indonesia,
yaitu sejarah Indonesia yang dimulai dari periode ± 1300, yang disebutnya
sebagai Sejarah Indonesia Modern. Pemilihan periode ini didasarkannya pada
beberapa hal, yaitu unsur kebudayaan dan agama (dalam hal ini Islamisasi,
menarik karena terjadi sampai sekarang sejak tahun ±1300-an). Unsur selanjutnya
adalah topic, ia melihat ada saling mempengaruhi antara orang Indonesia dan
orang Barat sejak ±1500 sampai sekarang. Dan yang terakhir adalah
konsistensinya terhadap bukti dan sumber-sumber data primer sejarah. Pada
periode tersebut sumber-sumber primer ditulis hampir secara eksklusif dala
bahasa-bahasa Indonesia Modern (Jawa dan Melayu, bukan Jawa dan Melayu yang
kuno) dan juga dalam bahasa-bahasa Eropa. Selanjutnya Ricklefs menuliskan
sejarah Indonesia hanya terbatas pada wilayah Jawa. Jadi seolah-olah terkesan
bahwa sejarah Jawa adalah representasi sejarah Indonesia secara menyeluruh. Hal
tersebut sudah diakuinya sebagai suatu kekurangannya.
B Sejarah Lokal sebagai Micro-unit
Sejarah
lokal sebagai micro-unit merupakan unit historis yang mempunyai ciri khas
sebagai kesatuan etnis dan cultural sebagai salah satu dimensi dari SNI. Sejarah
lokal memakai micro analisis untuk mempelajari peristiwa atau kejadian pada
tingkat lokal yang mencakup interaksi antarsub-micro-unit yang unit. Interaksi
tersebut menunjukan adanya keragaman di dalam
suatu micro-unit. Sejarah lokal adalah micro histori yang mempelajari
micro-unit, yang pada umumnya, setiap micro-unit menunjukan cirri yang khas
yang tidak terdapat pada, baik micro-unit yang lain maupun macro-unit.
Dalam
studi sejarah, salah satu masalah yang dihadapi sejarawan ialah penentuan
kesatuan kerangka peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dalam melihat
proses persambungan peristiwa-peristiwa. Dalam hubungan ini dikenal istilah
unit-unit sejarah. Sejarawan perlu menentukan batas-batas yang akan
memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya. Misalnya membedakan
antara yang disebut kejadian historis dengan kejadian non-historis. Cara yang
lain yang juga bisa dijadikan dasar kategorisasi peristiwasejarah, yaitu
melihat peristiwa-peristiwa itu dalam rangka apa yang disebut sebagai “unit
sejarah”. Yang penting dalam kategorisasi peristiwa sejarah adalah adanya
kerangka kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta-fakta yang
berada dalam satu kerangka tersebut, di dalamnya juga mengandung aspek kesatuan
temporal serta kesatuan spatial dari rangkaian peristiwanya. Dengan demikian,
unit-unit historis itu terwujud dari berbagai kategori yangmenyebabkan adanya variasi lingkup sejarah.Sejarawan
Inggris, A.J Toynbee meskipun mengakui adanya unit historisyang merupakan
kesatuan negara dan bangsa, tapi lebih cenderung pada unithistoris makro.
Sebaliknya kelompok sejarawan praktis lebih melihat kesatuan lapangan studi
sejarah yang bisa dipahami itu berada pada lingkungan sejarah mikro.
Seperti yang
sudah diketahui bahwa sejarah lokal merupakan bagian sejarah yang bersifat
mikro sedangkan untuk sejarah nasional sendiri bersifat makro. Yang mana
sejarah nasional lebih bersifat konsepsi umum yang mendukung penanaman nilai
nasionalisme. Dan untuk sejarah lokal sebagai mikro dapat memberikan bantuan
dalam kajian sejarah nasional yang membicarakan sesuatu secara umum.
Hubungan erat
antara mikro dan dimensi makro dalam sejarah bisa pula dilihat dalam hubungan
studi sejarah di Indonesia. Menurut Kartodirdjo bahwa banyak
peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat lokal, sebenarnya hanya bisa
dimengerti dengan baik apabila dihubungan dengan dimensi sejarah nasional.
Menurutnya sebagai contoh yaitu hal-hal yang dibawa oleh proses westernisasi
seperti diperkenalkannya sistem pajak, sewa tanah, birokrasi modern yang
membawa fenomena baru dalam kehidupan penduduk pedesaan.
C.
Objek Sejarah Lokal
Objek
sejarah lokal tidak identik dengan objek SNI, baik aspek temporal maupun
spatial. Secara temporal, sejarah lokal tidak berhimpit dengan SNI. Periode
sejarah atau akhir masa prasejarah setiap lokal tidak sama. Jika sejarah lokal
membuat periode sejarahnya dengan meniru
periodesasi SNI, maka sejarah lokal itu tidak lebih sebagai penulisan
SNI, maka sejarah lokal itu lebih sebagai penulisan SNI ditingkat lokal ( versi lokal ). Perbedaan
spatial juga jelas mencolok karena sejarah lokal berkutat pada ruang tertentu
saja yang d sepakati, sedangkan SNI berenang di kolam Nusantara yang luas.
Sejarah lokal harus mandiri dengan penguatan metode sejarah bagi para sejarah
lokal sehingga karya histografinya berbobot. Hasil studi khusus pada sejarah
lokal akan member pengetahuan lebih umum terhadap kejadian-kejadian historis ditingkat
lokal yang merupakan dimensi SNI.
Secara
prinsipil, semua peristiwa yang tertulis dalam SNI adalah peristiwa lokal.
Realistis itu, tidak dapat terbantahkan karena setiap lokalitas menjadi ajang
peristiwa sejarah. kemudian ada proses klasifikasi terhadap peristiwa-peristiwa
sehingga ada yang menganggap bahwa peristiwa tertentu hanyalah peristiwa lokal
saja, sedangkan yang lain dinilai mempunyai kadar sebagai peristiwa nasional.
Namun, sesungguhnya semua peristiwa bisa dipandang sebagai peristiwa yang
bertaraf nasional. Hal itu tergantung dari sudut pandang orang yang melakukan
penilaian.
Keterkaitan
antara sejarah lokal dengan sejarah nasional tidak dapat dikatakan bahwa
kumpulan-kumpulan dari sejarah lokal itu dapat diartikan sejarah nasional. Karena
sejarah lokal sebagai penyempurnakan sejarah nasional dan memberi
hubungan timbal balik.
Dan dapat
disimpulkan bahwa dalam sejarah nasional lebih ditekankan pada gambaran yang
lebih meluas serta lebih menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa yang bersifat
umum dengan tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dalam peristiwa lokal,
sedangkan dalam sejarah lokal yang lebih diperhatikan adalah
peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar yang mencangkup suatu lokalitas dan
menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa
khusus di lokalitas tersebut. Dengan demikian sejarah nasional yang hanya
membicarakan sesuatu secara umum dan sifatnya terbatas. Sejarah Lokal
memberikan detail sehingga mampu melengkapi kekurangan sejarah nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah lokal menjadi semakin kurang terlokasikan.
Sejarah lokal bersifat melebar, horizonnya semakin mengembang menuju ke arah
perbandingan-perbandingan yang meluas. Bahwa dalam sejarah nasional tekanan
terutama diberikan pada gambaran yang lebih meluas serta menyeluruh dari suatu
lingkungan bangsa dengan tidak terlalu memperhatikan detail-detail peristiwa
lokal. Sedangkan dalam sejarah lokal yang mendapat perhatian utama justru
peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar suatu lokalitas sebagi suatu
kebulatan, dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari
peristiwa khusus di lokalitas.
Melakukan koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang sering dibuat dalam
penulisan sejarah nasional. Banyaknya ketumpang tindihan pengertian dan
pemahaman mengenai sejarah nasional dan sejarah lokal. Tidak semua peristiwa
atau perubahan yang digeneralisir/dianggap menjadi fakta nasioanl yang berlaku
bagi semua wilayah Indonesia.
‘
Tidak ada komentar:
Posting Komentar